media komunikasi dan informasi

Rabu, 30 November 2011

BAB I latar belakang kesehatan reproduksi

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Kesehatan reproduksi remaja adalah suatu kondisi sehat yang menyangkut sistem, fungsi dan proses reproduksi yang dimiliki oleh remaja. Pengertian sehat disini tidak semata-mata berarti bebas penyakit atau bebas dari kecacatan namun juga sehat secara mental serta sosial kultural (Fauzi, 2008).
Sekitar 1 milyar manusia atau 1 dari 6 manusia di bumi ini adalah remaja dan 85% diantaranya hidup di negara berkembang (UNFPA, 2000). Banyak sekali remaja yang sudah aktif secara seksual meski bukan atas pilihannya sendiri. Kegiatan seksual menempatkan remaja pada tantangan risiko terhadap berbagai masalah kesehatan reproduksi. Setiap tahun kira-kira 15 juta remaja berusia 15-19 tahun melahirkan, 4 juta melakukan aborsi, dan hampir 100 juta terinfeksi Penyakit Menular Seksual (PMS) yang masih dapat disembuhkan. Secara global, 40% dari semua kasus HIV/AIDS terjadi pada kaum muda 15-24 tahun. Perkiraan terakhir adalah setiap hari ada 7000 remaja yang terinfeksi HIV (UNAIDS, 1998). Jumlah kasus HIV di Indonesia yang dilaporkan hingga Maret 2007 mencapai 14.628 orang. Sedangkan kasus AIDS sudah mencapai 8.914 orang, dimana separuh dari kasus ini adalah kaum muda (umur 15-29 tahun = 57,4 %) (Depkes, 2007).
Berdasarkan data Proyeksi Penduduk Remaja yang diterbitkan oleh Biro Pusat Statistik, BAPPENAS, dan UNFPA jumlah remaja usia 10 – 24 tahun pada tahu 2007 adalah sekita 64 juta jiwa atau 28,64 % dari jumlah perkiraan penduduk Indonesia sebanyak 222 juta jiwa. Permasalahan remaja saat ini sangat kompleks dan mengkhawatirkan. Hal ini ditunjukkan dengan masih rendahnya pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi. Remaja perempuan dan laki-laki yang tahu tentang masa subur baru mencapai 29,0 % dan 32,3 %. Remaja perempuan dan remaja laki-laki yang mengetahui risiko kehamilan jika melakukan hubungan
Universitas Sumatera Utara
seksual sekali, masing-masing baru mencapai 49,5 % dan 45,5 %. Remaja perempuan dan remaja laki-laki usia 14-19 tahun yang mengaku mempunyai teman yang pernah melakukan hubungan seksual pranikah masing-masing mencapai 48,6 % dan 46,5 % (SKRRI, 2002-2003).
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Situmorang (2001) didapatkan 27% remaja laki-laki dan 9% remaja perempuan di Medan mengatakan sudah pernah melakukan hubungan seksual dan data PKBI (2006) didapatkan bahwa kisaran umur pertama kali melakukan hubungan seksual adalah 13-18 tahun dan 60% tidak menggunakan alat kontrasepsi.
Risiko kesehatan reproduksi ini dipengaruhi oleh berbagai faktor yang saling berhubungan misalnya kebersihan organ-organ reproduksi, hubungan seksual pranikah, akses terhadap pendidikan kesehatan, kekerasan seksual, pengaruh media massa, gaya hidup yang bebas, penggunaan NAPZA, akses terhadap pelayanan kesehatan reproduksi yang terjangkau, dan kurangnya kedekatan remaja dengan kedua orangtuanya dan keluarganya (PATH, 2000).
Pentingnya pengetahuan tentang kesehatan reproduksi, remaja perlu mendapat informasi yang cukup, sehingga mengetahui hal-hal yang seharusnya dilakukan dan yang seharusnya dihindari (Wardah, 2007). Dengan mengetahui tentang kesehatan reproduksi remaja secara benar, kita dapat menghindari hal-hal yang negatif yang mungkin akan dialami oleh remaja yang tidak mempunyai pengetahuan yang cukup tentang kesehatan reproduksi remaja (Wardah, 2007).
Remaja juga perlu menyadari akan pentingnya pembuatan keputusan untuk menolak setiap kegiatan seksual yang rentan terjadi pada masa remaja karena setiap kegiatan seksual mempunyai risiko negatif tentang kesehatan reproduksinya. Hubungan atau kontak seksual pada remaja di bawah 17 tahun juga berisiko terhadap tumbuhnya sel kanker pada mulut rahim, penyakit menular seksual, HIV/AIDS, melakukan aborsi, dan lebih jauh dapat menyebabkan komplikasi berupa ganguan mental dan kepribadian pada remaja (Ernawati, 2007).
Remaja putri merupakan yang paling rentan dalam menghadapi masalah kesehatan sistem reproduksinya. Hal ini dikarenakan secara anatomis, remaja putri lebih mudah terkena infeksi dari dari luar karena bentuk dan letak organ
Universitas Sumatera Utara
reproduksinya yang dekat dengan anus. Dari segi fisiologis, remaja putri akan mengalami menstruasi, sedangkan masalah-masalah lain yang mungkin akan terjadi adalah kehamilan di luar nikah, aborsi, dan perilaku seks di luar nikah yang berisiko terhadap kesehatan reproduksinya. Dari segi sosial, remaja putri sering mendapatkan perlakuan kekerasan seksual.
Risiko kesehatan reproduksi remaja ini dapat ditekan dengan pengetahuan yang baik tentang Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR). Pengetahuan tentang KRR ini dapat ditingkatkan dengan pendidikan kesehatan reproduksi yang dimulai dari usia remaja. Pendidikan kesehatan reproduksi di usia remaja bukan hanya memberikan pengetahuan tentang organ reproduksi, tetapi juga bahaya akibat pergaulan bebas, seperti penyakit menular seksual dan kehamilan yang tidak diharapkan atau kehamilan berisiko tinggi (BKKBN, 2005). Oleh karena itu, penelitian ini perlu dilakukan untuk mendapatkan gambaran tingkat pengetahuan remaja putri tentang kesehatan reproduksi remaja.
1.2.1. Rumusan Masalah
Yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah tingkat pengetahuan siswi-siswi SMK Negeri 1 Medan tentang kesehatan reproduksi remaja tahun 2010.
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian ini adalah mengetahui tingkat pengetahuan siswi SMK Negeri 1 Medan tentang kesehatan reproduksi remaja tahun 2010.
1.3.2. Tujuan Khusus
Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan Siswi SMK Negeri 1 Medan tentang puberitas
2. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan Siswi SMK Negeri 1 Medan tentang kehamilan
Universitas Sumatera Utara
3. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan Siswi SMK Negeri 1 Medan tentang Penyakit Menular Seksual (PMS)
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat yaitu untuk:
1. Mengetahui tingkat pengetahuan siswi-siswi SMK Negeri 1 Medan tentang Kesehatan Reproduksi Remaja
2. Memberikan pandangan tentang dampak negatif dari kurangnya pengetahuan tentang kesehatan reproduksi remaja
3. Sebagai bahan masukan kepada pihak sekolah untuk memberikan penyuluhan tentang kesehatan reproduksi remaja.
4. Sebagai bahan masukan kepada orangtua dalam upaya merangsang kepedulian orangtua terhadap pendidikan seksual anak yang dimulai sejak usia remaja.
5. Menambah pengetahuan peneliti dalam melakukan penelitian.
6. Sebagai informasi kepada Dinas Kesehatan Kota Medan mengenai tingkat pengetahuan remaja putri tentang kesehatan reproduksi remaja.
Universitas Sumatera Utara

Tidak ada komentar:

Posting Komentar